Berusia remaja tidak menjadikan Bashaer Othman ragu untuk menjadi seorang walikota. Usianya yang baru 16 tahun, tidak menjadi halangan baginya untuk unjuk kebolehan memimpin sebuah kota kecil di wilayah Tepi Barat, Palestina.
Kisah ini tentunya menjadi cerita yang luar biasa, bagaimana seorang remaja perempuan bisa memimpin sebuah wilayah di negara Palestina dimana negara-negara di wilayah Timur Tengah pada umumnya masih melihat orang-orang tua sebagai pemimpin utama mereka. Terlebih lagi dengan Othman sebagai seorang perempuan, tentunya makin mempersulit dirinya di dalam lingkungan politik Palestina.
Ketika berbicara bersama dengan wartawan di Jakarta, Rabu (12/9/2012), Bashaer -yang diundang oleh lembaga World Peace Movement- menceritakan kiprahnya sebagai walikota.
Pada awalnya, Bashaer biasa memimpin organisasi kepemudaan di wilayah Allar tempat dirinya tinggal. Pada dasarnya, sulit bagi pemuda Palestina mendapatkan kepercayaan dari para orang tua di Palestina, agar mereka bisa memimpin dan memberikan perubahan. Dirinya pun memberikan alasan mengapa dirinya memberanikan diri untuk menjadi walikota.
"Kami menuntut kesempatan untuk memimpin, karena mempraktekkan kepemimpinan adalah hak dari setiap pemuda. Bila hak itu kami minta, belum tentu kesempatan itu diberikan oleh generasi tua. Jadi, yang kami lakukan sebagai komunitas pemuda adalah memecahkan kebuntuan agar para pemuda berani mengambil keberanian untuk meminta kesempatan. Jadi mereka tidak harus menunggu, tetapi mereka harus meminta kesempatan untuk diberikan," ujar Bashaer Othman.
Tetapi tentunya Bashaer dan organisasi kepemudaan yang ada di Palestina menemukan banyak kesulitan untuk mendobrak sesuatu yang tidak biasa ini, di lingkungan masyarakat Palestina. Sebagai seorang remaja perempuan, dirinya berusaha membuktikan kepada kalangan tua Palestina bahwa mereka dipercaya, maka para pemuda di Palestina bisa melanjutkan kepemimpinan.
"Kalau mereka (pemuda Palestina) dipercaya dan diberikan kesempatan, mereka pasti mampu melakukan. Tetapi generasi muda kami mampu meyakinkan mereka (generasi tua) sejauh diberikan kesempatan," lanjutnya.
Tetapi secara perlahan, Pemerintah Palestina sendiri saat ini sudah mulai memberikan ruang, memberikan kontribusi positif kepada pemuda. Jumlah pemuda Palestina saat ini berjumlah 60 persen dari jumlah total penduduk Palestina, jadi kalau mereka tidak diberikan kesempatan, ini menjadi tindakan konyol dan mereka sepertinya tidak memiliki pilihan lain, kecuali memberikan kesempatan itu kepada para pemuda," tutur Bashaer.
Apa yang dilakukan oleh Bashaer Othman ini tentunya dapat dijadikan inspirasi bagi pemuda lainnya, khususnya di Palestina. Meski hanya dua bulan bertugas sebagai Walikota Allar, Bashaer membuktikan dirinya bisa memimpin kota yang berpenduduk kurang lebih 8.000 jiwa tersebut.(faj)
No comments:
Post a Comment