Pada era 1840 hingga 1850-an, wilayah utara
dan selatan Amerika Serikat (AS) saling membenci satu sama lain. Kedua
wilayah memiliki perbedaan segi ekonomi. Wilayah utara menggerakan
ekonominya dengan mengandalkan sektor industri.
Sementara itu, wilayah selatan mengandalkan pertanian untuk menggerakan perekonomiannya.
11 negara bagian di selatan mengumumkan pemisahan dari AS dan membentuk kelompok yang dikenal sebagai Konfederasi. Dipimpin oleh Jefferson Davis, pihak Konfederasi memperjuangkan kemerdekaannya dari wilayah AS. Mereka ada pendukung utama dari perbudakan.
Sementara itu, Pemerintah Federal AS didukung oleh dua puluh negara bagian. Mereka telah menghapus perbudakan. Kelompok yang disebut sebagai Uni ini juga diikuti oleh lima negara bagian yang mendukung perbudakan.
Perang antara kedua pihak yang bertikai ini pun mulai berlangsung pada 12 April 1861 dan berakhir pada 9 April 1865. Tercatat di kubu Konfederasi yang dipimpin oleh Jefferson Davis menyebabkan sekira 260 ribu tewas, sedangkan di kubu Uni yang dipimpin oleh Abraham Lincoln sekira 365 orang tewas.
Konfederasi memiliki jenderal yang lebih cakap daripada utara. Mereka dipimpin oleh Robert E. Lee, sedangkan Uni dimpin oleh Jenderal Ulysses S. Grant.
Pada pertengahan perang, Lincoln mengeluarkan Proklamasi Emansipasi yang akan membebaskan semua budak di wilayah Konfederasi. Berdasarkan proklamasi ini, orang kulit hitam AS diperbolehkan bertempur dalam perang saudara.
Awalnya pihak Utara terus menderita kekalahan dalam perang. Namun setelah pertempuran di Gettysburg pada 1863, arah perang mulai memihak kepada pihak Utara.
Salah satu keberhasilan besar adalah saat Jenderal Ulysses S. Grant merebut Ibu Kota Konfederasi di Richmond, Virginia pada 1865, dan memaksa Jenderal Lee untuk menyerah.
Proses rekonstruksi pun berlangsung di saat perang itu terjadi. Presiden Lincoln mengatakan, usai kemenangan pihak Uni, bahwa kelompok Konfederasi harus diperlakukan dengan lunak. Hal ini ditentang oleh kalangan radikal Republik.
Keputusan Lincoln yang lebih memihak perbudakan dihapus sepertinya masih belum bisa menghapus kebencian pihak Selatan. John Wilkes Booth yang dikenal sebagai mata-mata dari pihak Konferedasi menembaknya hingga tewas pada bagian kepala pada 15 April 1865.
Kematian Lincoln ini juga menandakan berakhirnya perang saudara. Pada saat Andrew Johnson naik menggantikan Lincoln, proses rekonstruksi pun berlanjut. Keinginan Lincoln saat hidup pun tercapai dengan dibebaskannya budak-budak dan menjadi warga negara AS.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Negeri Paman Sam memiliki perhatian lain. AS lebih aktif dalam urusan luar negeri. Pada tahun 1898, perang melawan Spanyol membuahkan wilayah baru bagi AS.
Mereka memenangkan perang, dan menguasai Puerto Riko, Guam, Guantanamo, dan Filipina. Ditambah dengan pembelian Alaska dan pengambilalihan Hawaii. Wilayah AS pun jadi lebih luas seperti sekarang.
Menjelang Perang Dunia I Presiden Theodore Roosevelt menerapkan kebijakan luar negeri "Big Stick". Lewat kebijakannya, AS diharuskan memiliki Angkatan Laut yang kuat serta bertambah banyak dana segi jumlah dan mengawasi Amerika Latin.
AS awalnya tidak ingin terlibat dalam Perang Dunia I. Akan tetapi, pada akhirnya AS menyatakan perang terhadap Jerman pada 6 April 1917. Ini disebabkan ditenggelamkan kapal RMS Lusitania oleh Jerman dan terungkapnya telegram dari Jerman, yang mengajak Meksiko untuk bersama-sama serang menyerang Amerika.(faj)
Sementara itu, wilayah selatan mengandalkan pertanian untuk menggerakan perekonomiannya.
11 negara bagian di selatan mengumumkan pemisahan dari AS dan membentuk kelompok yang dikenal sebagai Konfederasi. Dipimpin oleh Jefferson Davis, pihak Konfederasi memperjuangkan kemerdekaannya dari wilayah AS. Mereka ada pendukung utama dari perbudakan.
Sementara itu, Pemerintah Federal AS didukung oleh dua puluh negara bagian. Mereka telah menghapus perbudakan. Kelompok yang disebut sebagai Uni ini juga diikuti oleh lima negara bagian yang mendukung perbudakan.
Perang antara kedua pihak yang bertikai ini pun mulai berlangsung pada 12 April 1861 dan berakhir pada 9 April 1865. Tercatat di kubu Konfederasi yang dipimpin oleh Jefferson Davis menyebabkan sekira 260 ribu tewas, sedangkan di kubu Uni yang dipimpin oleh Abraham Lincoln sekira 365 orang tewas.
Konfederasi memiliki jenderal yang lebih cakap daripada utara. Mereka dipimpin oleh Robert E. Lee, sedangkan Uni dimpin oleh Jenderal Ulysses S. Grant.
Pada pertengahan perang, Lincoln mengeluarkan Proklamasi Emansipasi yang akan membebaskan semua budak di wilayah Konfederasi. Berdasarkan proklamasi ini, orang kulit hitam AS diperbolehkan bertempur dalam perang saudara.
Awalnya pihak Utara terus menderita kekalahan dalam perang. Namun setelah pertempuran di Gettysburg pada 1863, arah perang mulai memihak kepada pihak Utara.
Salah satu keberhasilan besar adalah saat Jenderal Ulysses S. Grant merebut Ibu Kota Konfederasi di Richmond, Virginia pada 1865, dan memaksa Jenderal Lee untuk menyerah.
Proses rekonstruksi pun berlangsung di saat perang itu terjadi. Presiden Lincoln mengatakan, usai kemenangan pihak Uni, bahwa kelompok Konfederasi harus diperlakukan dengan lunak. Hal ini ditentang oleh kalangan radikal Republik.
Keputusan Lincoln yang lebih memihak perbudakan dihapus sepertinya masih belum bisa menghapus kebencian pihak Selatan. John Wilkes Booth yang dikenal sebagai mata-mata dari pihak Konferedasi menembaknya hingga tewas pada bagian kepala pada 15 April 1865.
Kematian Lincoln ini juga menandakan berakhirnya perang saudara. Pada saat Andrew Johnson naik menggantikan Lincoln, proses rekonstruksi pun berlanjut. Keinginan Lincoln saat hidup pun tercapai dengan dibebaskannya budak-budak dan menjadi warga negara AS.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Negeri Paman Sam memiliki perhatian lain. AS lebih aktif dalam urusan luar negeri. Pada tahun 1898, perang melawan Spanyol membuahkan wilayah baru bagi AS.
Mereka memenangkan perang, dan menguasai Puerto Riko, Guam, Guantanamo, dan Filipina. Ditambah dengan pembelian Alaska dan pengambilalihan Hawaii. Wilayah AS pun jadi lebih luas seperti sekarang.
Menjelang Perang Dunia I Presiden Theodore Roosevelt menerapkan kebijakan luar negeri "Big Stick". Lewat kebijakannya, AS diharuskan memiliki Angkatan Laut yang kuat serta bertambah banyak dana segi jumlah dan mengawasi Amerika Latin.
AS awalnya tidak ingin terlibat dalam Perang Dunia I. Akan tetapi, pada akhirnya AS menyatakan perang terhadap Jerman pada 6 April 1917. Ini disebabkan ditenggelamkan kapal RMS Lusitania oleh Jerman dan terungkapnya telegram dari Jerman, yang mengajak Meksiko untuk bersama-sama serang menyerang Amerika.(faj)
No comments:
Post a Comment