Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dapat menekan
angka kematian balita yang disebabkan diare dan pneumonia. Demikian
ditegaskan Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia, Angela Kearney.
"Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah penyakit seperti diare dan pneumonia yang 40 persen menjadi penyebab kematian balita di Indonesia," ujar Kearney dalam memperingati 20 tahun Pekan ASI sedunia di Makassar, Rabu (1/8).
Menurut dia, kebijakan nasional yang kuat untuk mendorong para ibu menyusui dan meningkatkan gizi keluarga, dapat mencegah kematian sekitar 20.000 anak balita di Indonesia setiap tahun.
Namun fenomena di lapangan, tingkat pemberian ASI eksklusif dalam enam bulan pertama seorang bayi, berangsur-angsur menurun di Indonesia dari 40 persen pada 2002 dan 32 persen pada 2007.
Berkaitan dengan hal tersebut, upaya pemerintah Indonesia meningkatkan angka ibu menyusui, termasuk peraturan kesehatan baru yang melarang promosi pengganti ASI dan telah diformalkannya hak perempuan untuk menyusui dinilai sebagai langkah maju dan progresif.
"Pemerintah Indonesia juga memainkan peran utama dalam inisiatif "Global Scaling Up Nutrition" atau peningkatan gizi global," ujar Kearney.
Dalam hal ini, lanjut dia, pemerintah telah berfokus pada peningkatan alokasi keuangan, kebijakan yang lebih terkoordinasi dan memperkuat keahlian teknis untuk meningkatkan gizi anak bersama dengan mitra internasional di antaranya Uni Eropa dan Bank Dunia.
Menurut Kearney, peran serta semua pihak dalam mensosialisasikan dan mendorong setiap ibu yang telah melahirkan untuk menyusui secara eksklusif, sangatlah penting. "Karena itu, semua profesional kesehatan, pekerja komunitas dan pemimpin harus mempromosikan, mendukung dan melindungi pemberian ASI eksklusif dan gizi yang baik dalam komunitas mereka," imbaunya.
"Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah penyakit seperti diare dan pneumonia yang 40 persen menjadi penyebab kematian balita di Indonesia," ujar Kearney dalam memperingati 20 tahun Pekan ASI sedunia di Makassar, Rabu (1/8).
Menurut dia, kebijakan nasional yang kuat untuk mendorong para ibu menyusui dan meningkatkan gizi keluarga, dapat mencegah kematian sekitar 20.000 anak balita di Indonesia setiap tahun.
Namun fenomena di lapangan, tingkat pemberian ASI eksklusif dalam enam bulan pertama seorang bayi, berangsur-angsur menurun di Indonesia dari 40 persen pada 2002 dan 32 persen pada 2007.
Berkaitan dengan hal tersebut, upaya pemerintah Indonesia meningkatkan angka ibu menyusui, termasuk peraturan kesehatan baru yang melarang promosi pengganti ASI dan telah diformalkannya hak perempuan untuk menyusui dinilai sebagai langkah maju dan progresif.
"Pemerintah Indonesia juga memainkan peran utama dalam inisiatif "Global Scaling Up Nutrition" atau peningkatan gizi global," ujar Kearney.
Dalam hal ini, lanjut dia, pemerintah telah berfokus pada peningkatan alokasi keuangan, kebijakan yang lebih terkoordinasi dan memperkuat keahlian teknis untuk meningkatkan gizi anak bersama dengan mitra internasional di antaranya Uni Eropa dan Bank Dunia.
Menurut Kearney, peran serta semua pihak dalam mensosialisasikan dan mendorong setiap ibu yang telah melahirkan untuk menyusui secara eksklusif, sangatlah penting. "Karena itu, semua profesional kesehatan, pekerja komunitas dan pemimpin harus mempromosikan, mendukung dan melindungi pemberian ASI eksklusif dan gizi yang baik dalam komunitas mereka," imbaunya.
No comments:
Post a Comment